Bagi yang senang berwisata ke museum, pasti sudah tahu dong bahwa di kota Jakarta terdapat banyak sekali museum. Bahkan, beberapa museum ini memiliki lokasi yang berdekatan, dan terdapat luxury hotel in Jakarta juga di sekitarnya. Sehingga, sangat mudah bagi wisatawan luar kota yang ingin mengunjungi museum-museum ini.
Nah, diantara sekian banyaknya museum di Jakarta, ada satu museum budaya yang sangat terkenal, yaitu museum wayang. Sesuai dengan namanya, di dalam museum ini terdapat banyak sekali jenis wayang. Bahkan, dari wayang yang sudah berumur ribuan tahunpun ada dalam museum ini. Sampai saat ini, diperkirakan sudah ada lebih dari 4000 koleksi wayang yang dimiliki oleh museum ini. Hmm, banyak yah?
Museum ini berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara No. 27, Tamansari, Pinangsia, Jakarta Barat. Lokasinya tidak jauh dari kota tua, jadi kamu bisa berkunjung ke museum ini saat sedang berwisata ke kota tua. Menurut situs asosiasi museum Indonesia, gedung yang dijadikan museum ini pada awalnya adalah sebuah gereja tua yang didirikan pada tahun 1640 oleh VOC. Gereja yang bernama ‘de oude Hollandsche Kerk’ ini aktif digunakan sebagai tempat beribadah oleh warga sipil hingga tahun 1732. Pada tahun 1733 gereja tersebut dipugar dan kemudian berubah nama menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk’.
Namun, akibat adanya gempa pada tahun 1808, bangunan gereja tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1912 kemudian didirikanlah sebuah bangunan baru di lokasi tersebut, yang difungsikan sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Namun kembali mengalami pemugaran secara penuh pada tahun 1938 untuk disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman kolonial.
Pada tanggal 14 Agustus 1936, secara resmi bangunan serta tanah ini ditetapkan sebagai monumen, dan kemudian dibeli oleh sebuah lembaga independen yang bertujuan memajukan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahun, yaitu Genootschap va Kunsten en Wetenschappen (BG). Pada tahun 1937, gedung ini kemudian disrahkan kepada Stichting oud Batavia dan selanjutnya dijadikan museum bernama ‘de oude Bataviasche Museum’.Presmian atau pembukaan museum ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, bernama Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer pada 22 Desember 1939.
Pada tahun 1957 bangunan ini kembali berpindah tangan dan berganti nama. Di bawah kepemilikan Lembaga Kebudayaan Indonesia, museum ini berganti nama menjadi Museum Jakarta Lama. Tidak berhenti di situ, pada tanggal 17 September 1962 LKI kembali menyerahkan kepemilikan gedung tersebut kepada Republik Indonesia, yang kemudian diserahkan secara resmi kepada Provinsi DKI Jakarta sebagai kantor dinas museum dan sejarah DKI Jakarta pada tanggal 23 Juni 1968. Hingga pada tanggal 13 Agustus 1975 bangunan ini resmi menjadi museum wayang yang dikenal hingga sekarang.
Perjalanan panjang yang dilalui oleh bangunan ini menjadi sebuah nilai tersendiri. Jadi, pastikan kamu tidak hanya mempelajari berbagai hal tentang pewayangan saat berkunjung ke sini, tapi cobalah untuk menggali lebih dalam sejarah dari bangunan tersebut yang mungkin belum dibahas dalam artikel ini. Dijamin, wisata sejarahmu akan terasa semakin seru, dan kamu pun akan mendapatkan tambahan ilmu. (Vita)